Pernahkah Anda bertanya-tanya, kira-kira sekian Rupiah di masa lalu sama dengan berapa Rupiah di masa sekarang?
Artikel ini akan menjelaskan bagaimana cara membandingkan sekaligus menghitung nilai mata uang di masa lalu dan masa sekarang.
Nilai mata uang dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Karena inflasi umum terjadi di seluruh dunia, nilai mata uang setiap negara akan terus mengalami perubahan seiring dengan berubahnya tingkat inflasi di negara tersebut.
Sebagai contoh, dengan acuan data tingkat inflasi Indonesia dari tahun 2010 sampai dengan 2021, Rp1.000 di tahun 2010 sama dengan atau setara dengan Rp1.605 di tahun 2021.
Untuk lebih jelasnya maka simak pembahasan mengenai cara bandingkan nilai mata uang di masa lalu dan masa sekarang berikut ini.
Apa Itu Inflasi?
Dikutip dari situs web Bank Indonesia, inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan.
Namun, jika kenaikan harga hanya terjadi pada satu atau dua barang saja, hal itu tidak bisa disebut inflasi kecuali bila kenaikan terjadi secara meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Di Indonesia, perhitungan inflasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk mengetahui lebih jauh tentang inflasi, Anda dapat membaca penjelasannya di halaman Wikipedia.
Cara Bandingkan Nilai Mata Uang Dulu vs Sekarang
Banyak situs web di internet yang dapat membantu Anda membandingkan nilai mata uang dulu vs sekarang.
Namun, Anda pun dapat menghitungnya secara manual untuk hasil yang lebih akurat.
Bandingkan secara Online
Untuk bandingkan secara online maka Anda bisa mengikuti langkah-langkah berikut ini:
- Buka web browser kemudian kunjungi situs web Inflation Tool.
- Anda akan diberikan pilihan untuk membandingkan nilai mata uang dalam mode Standard atau Advanced. Pada mode Standard, perbandingan dilakukan dengan menggunakan data tingkat inflasi per tahun, sedangkan pada mode Advanced, perbandingan dapat dilakukan dengan menggunakan data tingkat inflasi per bulan.
- Dalam contoh, penulis akan menggunakan mode Standard. Pada bagian Currency, pilih mata uang kemudian ketikkan jumlah mata uang di kotak Amount. Selanjutnya, tentukan tahun awal pada bagian Start year dan tahun akhir pada bagian End year. Klik tombol Calculate untuk menampilkan hasilnya.
- Halaman baru akan muncul menampilkan nilai mata uang di tahun awal dan tahun akhir. Dalam contoh, penulis melakukan perbandingan untuk nilai Rp1.000 di tahun 2015. Hasilnya, Rp1.000 di tahun 2015 sama dengan atau setara dengan Rp1.187 di tahun 2021.
- Untuk melihat perbedaan yang lebih menarik, beri jarak yang cukup jauh antara tahun awal dan tahun akhir. 30 tahun misalnya, yaitu dengan membandingkan nilai Rupiah di tahun 1990 dengan tahun 2021.
- Gulir turun halaman ke bagian Inflation timeline in Indonesia. Bagian ini akan menampilkan perubahan nilai mata uang dari tahun ke tahun dalam bentuk grafik.
- Gulir turun kembali ke bagian Indicator. Bagian ini menampilkan data indikasi penting dalam menentukan nilai mata uang, seperti total inflasi, rata-rata inflasi tahunan, dan nilai Consumer Price Index (CPI) atau Indeks Harga Konsumen (IHK). Nilai rata-rata inflasi tahunan dan nilai CPI dapat digunakan untuk menghitung perbedaan nilai mata uang secara manual. Akan dijelaskan di pembahasan berikutnya.
Situs web alternatif untuk membandingkan nilai mata uang:
Bandingkan dengan Cara Menghitung Manual
Dan cara bandingkan nilai mata uang di masa lalu dan masa sekarang bisa juga dengan metode manual.
Ada beberapa metode untuk menghitung nilai mata uang di masa sekarang atau di masa tertentu.
Pertama adalah dengan menggunakan formula Bunga majemuk. Kedua adalah dengan menggunakan formula Consumer Price Index (CPI).
Formula Bunga Majemuk
FV = PV (1 + i)n, di mana:
- FV: Future Value (Nilai di masa mendatang)
- PV: Present Value (Nilai saat ini atau nilai di masa lalu)
- i: Interest rate (suku bunga atau rata-rata inflasi tahunan)
- n: Jumlah berapa kali bunga dimajemukkan (misalnya, jumlah tahun)
Contoh, untuk mengetahui perbedaan antara Rp1.000 di tahun 2015 dengan tahun 2021, perhitungannya akan seperti ini.
Diketahui:
PV = Rp1.000
i = 2,49% atau 0,0249
n = 2021 – 2015 = 6
Maka:
FV = PV (1 + i)n
FV = Rp1.000 x (1 + 0,0249)6
FV = Rp1.000 x 1,159
FV = Rp1.159 (Satu ribu seratus lima puluh sembilan Rupiah)
Dengan kata lain, Rp1.000 di tahun 2015 sama dengan atau setara dengan Rp1.159 di tahun 2021.
[sgtextbox type=”info” title=”Note” image=”0″]
Untuk perhitungan yang lebih akurat, gunakan data inflasi rata-rata di situs web Bank Indonesia.
[/sgtextbox]
Formula Consumer Price Index (CPI)
Final Value = Initial Value (CPI final / CPI initial)
Contoh, untuk mengetahui perbedaan antara Rp1.000 di tahun 2015 dengan tahun 2021, perhitungannya akan seperti ini.
Diketahui:
Initial Value = Rp1.000
CPI final = 117,32
CPI initial = 98.82
Maka:
Final Value = Initial Value (CPI final / CPI initial)
Final Value = Rp1.000 x (117.32/98.82)
Final Value = Rp1.000 x 1,187
Final Value = Rp1.187 (Satu ribu sertaus delapan puluh tujuh Rupiah)
Dengan kata lain, Rp1.000 di tahun 2015 sama dengan atau setara dengan Rp1.187 di tahun 2021.
Dan cara bandingkan nilai mata uang di masa lalu dan masa sekarang pun sudah selesai.
Penyebab Nilai Tukar Mata Uang Berubah
Suku bunga dan juga inflasi menjadi faktor yang begitu dekat dengan nilai tukar mata uang, seperti yang diketahui nilai tukar mata uang ini memang menjadi faktor yang sangat penting untuk ekonomi suatu negara.
Nilai tukar dijadikan sebagai ukuran ekonomi yang begitu diperhatikan, dianalisis, serta dimanipulasi kebijakan.
Dan pada kenyataannya nilai tukar juga memiliki dampak untuk skala yang lebih kecil dan bisa mempengaruhi pengembalian riil dari investasi untuk investor-investor.
Penentu Nilai Tukar
Ada begitu banyak hal atau faktor yang dapat menentukan nilai tukar serta berbagai hal yang juga berhubungan dengan perdagangan internasional atau antar- negara.
Perlu Anda ingat bahwa nilai tukar memang sifatnya relatif dan bisa dibaca untuk dijadikan perbandingan dari mata uang suatu negara.
Untuk beberapa faktor yang ada di bawah ini juga tidak dalam urutan tertentu, misalnya banyak aspek ekonomi, jadi faktor-faktornya tidak bisa lepas dari yang namanya perdebatan.
1. Perbedaan di Suku Bunga
Sebenarnya ada tiga hal yang saling berkorelasi satu dengan yang lainnya, dengan melakukan manipulasi suku bunga, bank sentral (Bank Indonesia) mempunyai pengaruh yang besar terhadap inflasi serta nilai tukar sehingga memberikan perubahan terhadap tingkat suku bunga yang berdampak juga ke perubahan inflasi dan nilai mata uang tersebut.
Dengan suku bunga yang lebih tinggi maka akan menawarkan keuntungan yang lebih untuk pemberi pinjaman (kreditur) yaitu relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara lainnya.
Karena hal tersebut maka suku bunga yang lebih tinggi menarik modal asing sehingga menyebabkan nilai tukar naik.
Tentunya hal tersebut akan berlaku sebaliknya, di mana suku bunga lebih rendah cenderung menurunkan nilai tukar.
Walaupun demikian tetap ada dampak baik dari suku bunga yang lebih tinggi kurang berarti yaitu jika inflasi di dalam negeri lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain atau jika ada hal lain yang menjadi hal pendorong menurunnya nilai mata uang.
2. Perbedaan Angka Inflasi
Secara umum untuk suatu negara dengan tingkat inflasi konsisten lebih rendah memang menunjukkan nilai mata uang yang meningkat.
Sebagaimana dari daya beli yang relatif meningkat juga terhadap mata uang lain, selama akhir abad ke-20 ini memang terdapat negara-negara yang angka inflasinya relatif rendah seperti Jepang, Swiss, dan Jerman.
Sedangkan untuk Kanada dan Amerika Serikat memang mencapai inflasi yang rendah selanjutnya.
Biasanya negara yang memiliki inflasi lebih tinggi akan mengalami depresiasi di mata uang mereka jika dibandingkan dengan mata uang mitra dagangnya.
Hal tersebut juga dapat disertai dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi.
3. Defisit Akun Berjalan
Transaksi berjalan merupakan neraca perdagangan dari antara negara serta mitra dagangnya yang mana semua pembayaran antar negara untuk jasa, bunga, dividen, dan juga barang.
Defisit transaksi berjalan ini menunjukkan negara tersebut akan menghabiskan lebih banyak dana perdagangan luar negeri dibandingkan dengan pendapatannya, dan karena hal tersebut maka perlu meminjam modal dari sumber asing agar dapat menutupi defisit.
Atau dapat dikatakan bahwa negara membutuhkan mata uang asing lebih dari yang diterimanya melalui penjual ekspor, dan juga memasok lebih dari mata uang sendiri dibandingkan dengan permintaan mata uang asing untuk berbagai produknya.
Kelebihan permintaan untuk mata uang asing ini akan menurunkan nilai tukar dari mata uang di negara tersebut (dalam negeri).
Yang mana penurunan nilai tukar mata uang ini terus terjadi hingga barang dan jasa domestik yang telah dianggap terjangkau untuk orang asing serta aset asing yang terlalu mahal untuk dijual demi kepentingan di dalam negeri.
4. Utang Publik
Suatu negara akan terlibat di pembiayaan defisit besar-besaran agar bisa membayar berbagai proyek sektor publik juga pendanaan pemerintah agar dapat merangsang ekonomi domestik.
Sedangkan pada kenyataannya negara-negara dengan utang besar dan defisit publik bisa kurang menarik untuk investor asing.
Mengapa hal tersebut terjadi? Karena utang besar bisa menjadi salah satu hal terjadinya inflasi. Jika inflasi tinggi maka utang sulit untuk dibayar cepat sehingga pada akhirnya terbayar dengan dolar yang lebih murah di masa mendatang.
Ada juga skenario terburuk, pemerintah bisa saja mencetak uang agar bisa membayar sebagian besar hutang yang ada, namun dengan meningkatnya jumlah uang yang beredar di negara tersebut maka pasti menimbulkan terjadinya inflasi.
Hal buruk juga bisa terjadi jika pemerintah tidak bisa mengatasi defisit dengan cara-cara meningkatkan jumlah uang yang beredar, obligasi dalam negeri, meningkatkan penjualan sekuritas asing, dan menurunkan harga yang ada.
Ini membuat kondisi begitu mengkhawatirkan untuk orang asing seperti mereka akan kurang bersedia memiliki surat berharga di dalam negeri jika resiko dari default-nya besar.
6. Stabilitas Politik dan Kinerja Ekonomi
Para investor asing tentunya akan mencari mana negara yang stabil dengan kinerja ekonomi yang baik sehingga mereka dapat menanamkan modalnya.
Suatu negara dengan situasi yang baik akan sangat menarik untuk para investor.
7. Ketentuan Perdagangan
Sebagai rasio perbandingan dari harga ekspor dan impor, ketentuan dari perdagangan yang berkaitan dengan rekening giro serta neraca pembayaran.
Jika harga ekspor pada suatu negara meningkat dibandingkan impornya maka ketentuan perdagangan bisa baik dan memberikan keuntungan.
Peningkatan ketentuan perdagangan bisa memperlihatkan permintaan yang lebih besar untuk ekspor negara tersebut.
Sehingga pada saatnya bisa menyebabkan peningkatan pendapatan dari ekspor yang meningkatkan permintaan mata uang negara dan peningkatan nilai mata uang.
Cara untuk Menguatkan Nilai Mata Uang Rupiah
Sebagai warga negara Indonesia, tentunya kita ingin nilai Rupiah menguat ya.
Dalam pembahasan terakhir dari artikel cara bandingkan nilai mata uang di masa lalu dan masa sekarang ini Anda akan mengetahui 5 cara kuatkan Rupiah, antara lain:
1. Mencintai Produk Dalam Negeri
Langkah awal yang bisa kita lakukan yaitu dengan mencintai produk dalam negeri untuk memperkuat nilai Rupiah.
Mencintai produk dalam negeri ini artinya dengan membeli produk lokal maka bisa mendorong masyarakat agar tergerak untuk bisa melirik para pelaku UMKM dan UKM yang selama ini turut berjuang untuk menyokong perekonomian negara.
Bahkan tidak bisa dipungkiri bahwa sekarang ini saja sudah banyak produk lokal yang kualitasnya bisa diadu dengan barang dari luar negeri, contohnya produk makeup, skincare, body care, dan juga fashion.
Untuk Anda yang merupakan pelaku di bidang usaha kecil dan menengah maka dapat memanfaatkan momentum ini agar bisa mendorong terjadinya kegiatan ekspor.
2. Tukar Dolar AS ke Rupiah
Ini menjadi salah satu hal yang banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Untuk Anda yang mempunyai simpanan dolar maka bisa langsung menukarkannya ke Rupiah.
Tidak hanya menguntungkan, namun berdasarkan dari teori ekonomi, penukaran mata uang AS ke rupiah ini bisa mempengaruhi kurs maka tang nasional karena adanya perputaran Rupiah.
3. Terus Bertransaksi dengan Rupiah
Dolar AS yang mengalami kenaikan maka akan berdampak ke naiknya harga kebutuhan pokok sehari-hari, misalnya bahan pangan dan BBM (bahan bakar minyak).
Sebagai konsumen maka kita tidak perlu takut lalu menunda terjadinya pembelian barang konsumsi, Anda bisa berkontribusi untuk menstabilkan ekonomi dengan membeli kebutuhan pokok.
Karena biasanya harga bahan pokok yang naik ini masih dalam batas yang wajar.
4. Minimalkan Traveling ke Luar Negeri
Ingin bepergian ke luar negeri? Sebaiknya bisa ditunda dulu ya, karena ini merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menguatkan Rupiah.
Jika traveling ke luar negeri maka Anda harus membeli mata uang asing sehingga Rupiah tidak bisa digunakan.
Lagi pula Indonesia pun memiliki keindahan yang tak kalah dengan luar negeri lho.
5. Investasi di Sektor Pariwisata
Jangan takut untuk berinvestasi ketika nilai tukar rupiah sedang anjlok, karena ada berbagai bidang yang tetap bisa menguntungkan kita dan juga tidak begitu terdampak ketika fluktuatif.
Contohnya saja bisnis untuk sektor pariwisata, penginapan, dan juga toko oleh-oleh di kawasan wisata tersebut yang ramai dikunjungi turis lokal hingga manca negara yang dapat membantu Rupiah kembali menguat.
Kesimpulan
Anda sudah mengetahui bagaimana cara bandingkan nilai mata uang di masa lalu dan masa sekarang melalui pembahasan di atas.
Semoga informasi ini bisa bermanfaat untuk Anda ya!
Baca Juga:
- Cara Mengubah Mata Uang di Halaman Laporan AdSense
- SDPKB Online Kendaraan: Pengertian, Cara Kerja, dan Golongannya
- Cara Konversi Satuan KB, MB, GB, TB dengan Excel
- Menampilkan Tahun Saat Ini di Footer WordPress
- Penggunaan Fungsi ABS di Google Sheets
- Cara Isi Saldo PayPal Lewat Viapaypal.id
- Cara Setup Cheat Engine untuk NoxPlayer